Menjadi Generasi Muda yang Berdaya Saing
Seseorang yang berada pada usia 12-18 tahun dapat dikatakan sebagai remaja (Hurlock, 1981). Pendapat lain memberi batasan usia remaja adalah 12- 21 tahun (Monks, dkk; 2002) dan berada pada rentang 12-23 tahun (Stanley Hall dalam Santrock (2003). Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Remaja adalah masa yang penuh dengan kebingungan, permasalahan dan konflik (storm age). Remaja seringkali bingung karena kadangkala mereka masih diperlakukan seperti anak-anak, namun di lain waktu mereka mulai dituntut untuk dapat menjadi lebih dewasa, mandiri dan bertanggungjawab atas tindakannya oleh orang tua atau keluarga di rumah maupun guru di sekolah. Munculnya konflik baik konflik dengan lingkungan sekitar maupun konflik internal dengan diri remaja itu sendiri pun sebagai akibat dari munculnya ketidak-sinkron-an antara nilai-nilai dan keharusan yang selama ini diajarkan oleh orang tua dan guru dengan fakta yang mereka temukan di lingkungan sekitarnya dan juga konsep ideal versi diri sendiri yang mulai dikembangkan seorang remaja, di samping pada usia ini kemampuan berpikir seorang anak sudah lebih berkembang dan mampu membuat penilaian-penilaian secara kritis atas permasalahan yang terjadi. Kondisi inilah yang kadang menjadi dasar pemberontakan seorang remaja. Oleh karena itu diperlukan peran orang tua dan guru untuk menjadi teladan yang mampu memberikan contoh positif secara konsisten dan persisten, karena pada usia ini remaja tidak lagi mampu dididik sekedar dengan teori dan ujaran.
Di masa remaja juga lah terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri melalui konsep diri ideal yang mereka temukan dari idola-idola mereka. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja (Erickson dalam Monks, dkk, 2000; Santrock, 2003). Beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu: (1) kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan, (2) ketidakstabilan emosi, (3) adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup, (4) adanya sikap menentang dan menantang orang tua, (5) pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua, (6) kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya, (7) senang bereksperimentasi, (8) senang bereksplorasi, (9) mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan, dan (10) kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok (Gunarsa, 1989).
Dimensi Psikologis Remaja
- Suasana Hati yang Berubah-ubah (Mood Swing)
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image).
- Menganggap Diri Unik
Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
- Menganggap Diri Serba Mampu
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangungjawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya diri, dan mampu bertanggung jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasehat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja.
- Masa Uji Coba
Dalam masa mencari jawaban tentang “Siapakah Saya?” dan kesadaran diri (self-awareness) mereka sudah mulai berkembang dan mengalami banyak sekali perubahan, remaja mulai merasakan bahwa “ia bisa berbeda” dengan orang tuanya dan memang ada remaja yang ingin mencoba berbeda. Karenanya, tidaklah mengherankan bila remaja selalu berubah dan ingin selalu mencoba, baik dalam peran sosial maupun dalam perbuatan. Ia akan mencari idola yang sukses dan berusaha menyerupainya dalam tingkah laku. Bila ia merasakan peran itu tidak sesuai, remaja akan dengan cepat mengganti peran lain yang dirasakannya “akan lebih sesuai”. Begitu seterusnya sampai ia menemukan peran yang ia rasakan “sangat pas” dengan dirinya. Proses “mencoba peran” ini merupakan proses pembentukan jati diri yang sehat dan juga sangat normal. Tujuannya sangat sederhana; ia ingin menemukan jati diri atau identitasnya sendiri.
Banyak orangtua khawatir jika “percobaan peran” ini menjadi berbahaya. Kekhawatiran itu memang memiliki dasar yang kuat karena dalam proses “percobaan peran” biasanya orangtua tidak dilibatkan. Kebanyakan karena remaja takut jika orangtua mereka tidak menyetujui, tidak menyenangi, atau malah menjadi sangat khawatir. Sebaliknya, orangtua menjadi kehilangan pegangan karena mereka tiba-tiba tidak lagi memiliki kontrol terhadap anak remaja mereka. Pada saat inilah, kehilangan komunikasi antara remaja dan orangtuanya mulai terlihat. Orangtua dan remaja mulai berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda sehingga salah paham sangat mungkin terjadi.
Tips Mengisi Masa Muda dengan Kegiatan Positif
Mengingat terjadinya gejolak akibat kelebihan energi yang disebabkan karena adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, maka perlu dicarikan aktivitas yang dapat menyalurkan kelebihan energi agar mereka tidak menyalurkannya pada kegiatan yang tidak bermanfaat atau bahkan merugikan diri mereka sendiri. Kelebihan energi tersebut perlu disalurkan melalui pemanfaat waktu luang secara positif. Adapun berikut adalah beberapa tips untuk mengisi masa muda para remaja dengan kegiatan positif :
- Belajar Keterampilan Baru
Rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru yang dimiliki remaja sebaiknya diarahkan untuk meningkatkan kapasitas diri dengan mempelajari berbagai keterampilan baru. Dan beruntungnya remaja masa kini mayoritas sudah sangat terbantu dengan adanya akses internet dalam genggaman melalui smart phone, sehingga sangat memungkinkan para remaja untuk mempelajari berbagai keterampilan baru yang mungkin akan sangat bermanfaat di masa depan. Misalnya : keterampilan mengelola perpustakaan, manajemen bisnis, design grafis, memperbaiki kendaraan atau alat elektronik yang rusak, dsb.
- Menekuni Hobi atau Kesukaan
Hobi yang positif jika dilatih dengan baik dan berkelanjutan bisa saja menjadi salah satu pintu menuju kesuksesan di kemudian hari. Jika Anda hobi bermain alat musik, memasak, merangkai bunga, memelihara tanaman atau ikan hias, modifikasi kendaraan,dsb, maka pergunakan waktu luang untuk berlatih atau ikut kursus pada ahlinya. Jika ditekuni, tak menutup kemungkinan akan ada peluang untuk mengukir prestasi dengan hobi yang ditekuni tersebut.
- Bergabung dengan Organisasi atau Komunitas yang Bermanfaat
Ada banyak contoh organisasi atau komunitas positif yang dapat digunakan sebagai tempat untuk mengembangkan potensi diri remaja. Misalnya: organisasi Karang Taruna, OSIS, Komunitas Pecinta Tanaman Hias, Komunitas Gaming, komunitas fotografi, komunitas dalam bidang otomotif,dsb. Dengan bertemu dan bergaul dengan banyak orang yang memiliki passion yang sama dengan berbagai pengalaman dan ilmu yang berguna tentunya mampu menjadi sarana bertukar pikiran yang akan menambah wawasan, memperluas pergaulan dan mampu meningkatkan rasa percaya diri remaja.
- Les Pelajaran Gratis Secara Online
Penggunaan smart phone akan lebih bermanfaat jika selain digunakan sebagai sarana hiburan juga digunakan untuk menunjang proses belajar dan mencari informasi-informasi yang akan bermanfaat bagi masa depan, seperti belajar gratis dari aplikasi online yang bisa di-download. Ini akan lebih bermanfaat bagi remaja dalam mengisi waktu luang.
- Mengikuti Berbagai Macam Lomba
Sama halnya dengan bergabung dengan organisasi atau komunitas yang bermanfaat, mengikuti berbagai macam lomba juga mampu mengasah mental dan meningkatkan rasa percaya diri remaja dengan bertemu banyak orang selain menambah wawasan dan pengalaman dalam berkompetisi secara sehat. Yang perlu diingat, kalah dan menang dalam suatu perlombaan adalah hal biasa yang tidak perlu disikapi secara berlebihan, sekalipun jika menang pastinya akan meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan dalam diri remaja.
Sumber :
http://gayahidupmu.com/beberapa-kegiatan-positif-yang-baik-untuk-anak-muda/
https://hellosehat.com/parenting/remaja/tumbuh-kembang-remaja/perkembangan-anak-18-tahun/
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Agar Edukasi Daring Tidak Terasa Kering
- Menebak Arah Pemberdayaan Guru
- Literasi Setengah Hati, Pendidikan Karakter Mati Suri
- MENJARING KOMITMEN PEMBELAJARAN DARING
- Tujuan & Manfaat Website bagi Sekolah
Kembali ke Atas