• header 2
  • header 2

Selamat Datang di Website SMA NEGERI 2 LOA KULU

Pencarian

Kontak Kami


SMA NEGERI 2 LOA KULU

NPSN : 30405781

Jl. Poros RT. 17 Desa Margahayu, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara


sman2loakulu@yahoo.co.id

TLP : -


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 865789
Pengunjung : 113720
Hari ini : 331
Hits hari ini : 687
Member Online : 0
IP : 44.192.95.161
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

Agar Edukasi Daring Tidak Terasa Kering




oleh:

Aris Setiawan, M.Pd.

Kita menyaksikan bahwa pandemi COVID-19 telah mengubah pola pembelajaran secara masif. Proses pembelajaran yang mestinya dilaksanakan secara tatap muka sekarang berubah menjadi sistem pembelajaran jarak jauh atau daring. Organisasi PBB yang mengurusi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan UNESCO menyebutkan, lebih dari 850 juta siswa di dunia tidak bisa belajar di sekolah akibat virus asal Wuhan, China tersebut. Imbasnya juga terasa bagi masyarakat Indonesia. Mayoritas daerah telah melakukan penutupan sekolah dan menerapkan pembelajaran daring atau jarak jauh. Hal ini dilakukan dalam rangka meminimalisasi cepatnya penyebaran COVID-19. Kebijakan penutupan tersebut sebagai respons terhadap kebijakan dan imbauan pemerintah untuk melakukan social distancing (jaga jarak).

Perlu banyak kreativitas dan inovasi menghadapi badai tsunami pandemi COVID-19 saat ini. Kewaspadaan kita diuji, daya nalar kita ditestimoni. Termasuk juga dalam dunia pendidikan. Di era revolusi industri 4.0 saat ini, pendidikan tidak boleh berhenti, apapun yang terjadi. Sebab ia merupakan denyut nadi, penanda adanya kehidupan dalam sosial dan kultur masyarakat. Kegiatan pembelajaran sebagai arus tengah pendidikan kita harusnya mampu menampilkan nilai-nilai efektivitas, kreativitas, akurasi, dan elegansi. Mulai dari jenjang dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Yang menjadi pertanyaan, apakah pemerintah dan segenap institusi yang terlibat dan bergelindan dalam dunia pendidikan sudah berupaya untuk hal tersebut? Menampilkan ragam edukasi bagi masyarakat, khususnya bagi para pendidik dan peserta didik secara proposional dan profesional?

Secara proses, sebenarnya model pembelajaran modern ini sudah diatur dalam Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses dengan prinsip, diantaranya sebagai berikut: (1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu. (2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar. (3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah. (4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi. (5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu. (6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi. (7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif. (8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills). (9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat. (10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. (11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat. (12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas. (13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, dan (14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Harus kita akui, parameter keberhasilan pendidikan kita terlebih kaitannya dengan pembelajaran daring belumlah jelas. Indikator-indikator pencapaiannya masih bersifat prediktif. Hanya sekadar kira-kira. Belum pernah dilakukan secara massal melibatkan seluruh civitas pendidikan secara komprehensif, hampir di semua jenjang. Jika kita mencermati lebih dalam, banyak sekali yang menjadi pembatas atau penghalang dalam upaya suksesi pembelajaran daring tersebut. Mulai dari ketersediaan sarana penunjang kegiatan daring yang belum merata yang berdampak pada koneksivitas jaringan, tidak adanya manajemen edukasi daring yang jelas dari para pemegang kebijakan pendidikan, ketidaksiapan para pendidik dan peserta didik serta orang tua secara teknis maupun materi secara konten, dan yang lebih parah adalah gagapnya kita untuk bersinergi dengan semua pihak agar bisa mencapai visi pembelajaran daring yang efektif serta efisien.

Meskipun pada prinsipnya, ada kegagapan dan kekurangsiagaan pemerintah, dalam dunia pendidikan terutama untuk mengantisipasi hal tersebut, tetapi saya melihat ada secercah harapan dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali. Begitu saya kira, filosofi yang dipegang. Munculnya beragam inovasi dan kreativitas untuk melakukukan pembelajaran daring dari pelbagai komunitas dan daerah harus disambut hangat oleh para pemangku kebijakan, baik pemerintah pusat maupun daerah.

Sistem pembelajaran jarak jauh memang tidak seefektif sistem tatap muka. Apalagi di tengah kondisi darurat seperti saat ini. Banyak hal yang perlu disiapkan dengan baik agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan optimal. Misalnya, infrastruktur seperti jaringan internet yang memadai. Untuk masalah ini dukungan pemerintah sangat dibutuhkan. Pemerintah bekerja sama dengan swasta dituntut untuk benar-benar memastikan fasilitas jaringan sudah tersedia dengan baik.

Langkah pemerintah lewat Kementerian BUMN yang menyediakan fasilitas belajar jarak jauh perlu diapresiasi. Misalnya, Telkomsel memberikan akses data bebas kuota hingga 30 GB bagi pelajar dan mahasiswa untuk mengakses aplikasi-aplikasi pembelajaran yang telah bekerja sama dengan Telkomsel. Di antaranya Ruang Guru dan aplikasi lain yang tergabung dalam paket Ilmupedia seperti Quipper, Zenius, Bahaso, Cakap, dan lain sebagainya.

Ikhtiar para penggiat dan praktisi pendidikan, terutama mereka yang sudah terbiasa dalam melakukan pembelajaran daring dengan memberikan chanel-chanel edukasi secara live streaming maupun rekam dan tayang ulang merupakan salah satu solusi. Banyaknya ragam materi pembelajaran online yang sudah tersedia di kanal-kanal internet, juga sebenarnya sudah sangat membantu upaya kegiatan pembelajaran tersebut. Selain itu, adanya upaya menggandeng pelbagai komunitas pendidikan untuk mau berbagi dengan program-program maupun aplikasi dengan konten edukasi yang menarik juga merupakan hal yang tidak kalah penting. Saya kira, hal terbaik yang bisa dilakukan pemerintah saat ini, terutama institusi yang menaungi dunia pendidikan adalah menggandeng seluruh elemen masyarakat tersebut. Memberikan apresiasi secara konkret dalam bentuk penghargaan misalnya.

Harusnya ada langkah-langkah konkret dari Kemendikbud yang dapat dijadikan pijakan bagi para penggiat dan praktisi dari pebagai komunitas pendidikan agar lebih termotivasi dan giat lagi untuk melakukan pembelajaran daring tersebut secara kontinyu. Sebab, berakhirnya pandemi COVID 19 nanti, juga bukan berarti berakhirnya inovasi dan kreativitas untuk terus mengembangkan metode pembelajaran daring yang menarik dan menyenangkan. Bukankah begitu? Semoga!

*dimuat di Kaltim Post

 




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas